OLEH:
BRILYAN BAYANI TISNA (125060606111003)
IRENE DHITA PRATIWI (125060600111014)
MUHAMMAD ILHAM RAMADHAN (125060607111020)
NORMA ELITA (125060600111013)
PRADIPTA FAHRIZAL (125060600111031)
TIAS SUKMA ABITA (125060601111010)
YASNA HERNANDO M. (125060600111035)
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KELAS B
Latar Belakang
Banyaknya
pengangguran di Kota Malang menyebabkan penduduk yang menetap atau sekedar
mencari penghidupan di kota ini mulai melakukan segala cara untuk mencari
nafkah. Kebanyakan orang-orang ini adalah imigraan dari desa yang mencoba
peruntungannya di kota besar. Jalan yang ditempuh para imigran ini untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya banyak yang melakukan pekerjaan ilegal.
Seperti yang banyak ditemui di Kota Malang, di setiap sudut akan banyak ditemui
jenis pekerjaan ilegal ini antara lain : pedagang kaki lima, juru parkir,
pengemis dan pengamen. Hal ini merupakan akibat dari banyaknya pendatang barau
yang hidup di Kota Malang, sehingga pekerjaan ilegal pun dilakukan demi
menyambung hidup. Berikut akan dijelaskan masing-masing pekerjaan ilegal yang
terdapat di Kota Malang.
Pedagang
kaki lima
Pesatnya
pertumbuhan di berbagai daerah menyebabkan banyaknya penduduk yang bermigrasi
ke kota untuk mencari pekerjaan, salah satunya ke Kota Malang. Mereka berpikir
bahwa di kota terdapat banyak kesempatan untuk bekerja. Tapi, kebanyakan dari
mereka datang tanpa meiliki keterampilan.
Masyarakat
berpikir bila hidup di kota Malang akan meningatkan kesejahteraan hidup karena
banyaknya tersedia lapangan pekerjaan dan dekat dengan berbagai fasilitas umum
serta pusat kegiatan pemerintah. Namun, pada kenyataannya daya saing di kota
sangat tinggi, sehingga setiap lapangan pekerjaan membutuhkan tenaga kerja yang
memiliki skill atau kemampuan yang
memadai. Masyarakat imigran yang datang kebanyakan datang tanpa memiliki skill atau keahlian untuk mendapatkan
pekerjaan yang layak.
Ketersediaan
lapangan pekerjaan tidak sebanding dengan jumlah penduduk, sehingga imigran
yang tidak memiliki keahlian tidak mendapat pekerjaan dan akhirnya mendirikan
lapak-lapak illegal di dekat dengan pusat kegiatan. Hal ini tentunya menggangu
masyarakat lainnya, karena kebanyakan lapak yang mereka buka mengambil pedestrian dan tepi jalan, tentunya hal
tersebut mengganggu pejalan kaki. Lapak-lapak tersebut juga belum tentu mendapatkan
ijin dari pemerintah. Selain menggangu pejalan kaki, pedagang-pedagang tersebut
juga mengganggu kendaraan yang lewat sehingga dapat menimbulkan kemacetan. Akan
tetapi, selain sisi negatif dari pedagang kaki lima tersebut,ada sisi positif
yang dapat kita ambil yaitu dengan adanya pedagang kaki lima menjadi salah satu
potensi untuk menunjang perekonomian warga Kota Malang yang menjadi pedagang
kaki lima asal dapat dikelola dan dikembangkan dengan benar.
Juru
Parkir
Lahan parkir di
Kota Besar seperti Kota Malang ini memang sangatlah terbatas,namun bukan
berarti lahan-lahan yang seharusnya tidak digunakan sebagai lahan parkir
dialihfungsikan menjadi lahan parkir oleh beberapa oknum yang tidak bertanggung
jawab.Sudah merupakan rahasia umum bahwa jumlah parkir ilegal di Kota Malang
ini sudah sangat banyak.Kondisi tersebut bukan hanya merugikan masyarakat dalam
hal finansial karena biaya yang mahal,namun juga merugikan dari segi keamanan
dikarenakan lahan parkir yang digunakan biasanya memakan badan jalan sehingga
dapat mengganggu para pengendara.Mereka yang menjadi juru parkir tersebut
adalah para imigran yang tidak mendapatkan lapangan pekerjaan dan tidak
memiliki keterampilan mereka lebih memilih menjadi juru parkir. Permasalahannya
juru-juru parkir tersebut, kurang bertanggung jawab, mereka hanya meminta uang
saja tetapi ketika ada orang yang akan menyeberang, mereka tidak membantu
menyeberangkan. Misalnya yang terjadi di depan Indomaret yang berlabel bebas parkir yang
ada di jalan sigura-gura.
Pengemis
Kota besar
seperti Malang yang didalamnya dihuni oleh banyak kaum dengan ekonomi menengah
keatas pastinya menjadi lahan yang bagus untuk sekedar meminta belas kasihan,hal
itulah yang dijadikan oleh sebagian orang untuk mendapatkan keuntungan.Padahal
dari pengemis-pengemis tersebut belum tentu bahwa mereka benar-benar miskin. Banyak
modus yang digunakan oleh mereka untuk sekedar mendapatkan simpati dari
masyarakat,mulai dari pembangunan masjid,sumbangan untuk korban bencana alam
dan lain-lain.Para pengemis tersebut dapat dijumpai hampir disemua sudut kota
malang seperti di Traffic light,rumah makan,pusat-pusat perbelanjaan dan
lain-lain.Misalnya yang terjadi di tempat makan depan fakultas teknik, setiap
hari pengemis yang datang adalah orang yang sama. Kebanyakan dari mereka masih
muda dan memiliki fisik yang sehat yang seharusnya dapat mencari pekerjaan yang
lebih baik lagi.
Pengamen
Pengamen
sudah sangat menjamur di Kota-kota besar tak terkecuali di Kota Malang. Masalah
pengangguran menjadi penyebab utama maraknya para pengamen-pengamen yang
kebanyakan berusia muda bahkan tidak jarang masih dalam usia sekolah.
Kebanyakan dari mereka yang memilih untuk menjadi pengamen tersebut adalah
karena mereka tidak memiliki kemauan untuk mencari suatu pekerjaan yang lebih
layak lagi.Kondisi tersebut memaksa mereka yang hanya bermodal suara dan sebuah
gitar untuk menjadi pengamen.
Hampir di setiap
sudut jalan,lampu lalu lintas kita jumpai banyak sekali pengamen yang
sebenarnya kondisi tersebut dapat membahayakan keselamatan mereka sendiri dan
juga mengganggu kenyamanan pengendara kendaraan itu sendiri.Bukan hanya di
jalan-jalan saja pera pengamen tersebut beraksi,rumah-rumah warga serta
pertokoan juga menjadi lahan mereka mencari penghidupan sehari-hari.
Pengamen yang
ada di kota Malang kebanyakan adalah dari kaum pemuda atau masih dalam usia
produktif. Tidak seperti para pengemis yang hanya meminta minta tanpa adanya
usaha , para pengamen setidaknya masih berusaha meskipun hanya sekedar memainkan
gitar yang tidak berirama.meskipun demikian tetap saja pengamen membuat
masyarakat tidak nyaman misalnya pada saat ditempat makan pengamen meminta uang
tidak hanya ditempat ruko tersebut tetapi pengamen mendatangi satu persatu meja
pelanggan, sehingga pelanggan merasa kurang bisa menikmati makanannya.
Terkadang apabila tidak dikasih uang, pengamen tetap memaksa dan menyodorkan
tempat uangnya
Dampak dari imigran yang tidak
mempunyai keahlian serta jumlah lapangan pekerjaan yang memadai, jumlah
pengamen juga ikut meningkat. Dapat dilihat dari jumlah pengamen yang
menghampiri satu tempat makan dalam waktu satu jam dapat mencapai 10 pengamen.
1 Pikiran Orang Tentang Ini:
saking susahnya cari kerja jadi gitu apa aja di halalkan, tapi untuk tidak berbuat kriminal.
Posting Komentar