Rabu, 08 Januari 2014

PEKERJAAN ILEGAL : PEDAGANG KAKI LIMA, JURU PARKIR, PENGEMIS, DAN PENGAMEN

Diposting oleh Brilyan Mamori di Rabu, Januari 08, 2014 1 Pikiran Orang Tentang Ini




OLEH:
BRILYAN BAYANI TISNA                     (125060606111003)
IRENE DHITA PRATIWI                        (125060600111014)
MUHAMMAD ILHAM RAMADHAN  (125060607111020)
NORMA ELITA                                        (125060600111013)
PRADIPTA FAHRIZAL                            (125060600111031)
TIAS SUKMA ABITA                               (125060601111010)
YASNA HERNANDO M.                         (125060600111035)


JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
KELAS B



Latar Belakang
           Banyaknya pengangguran di Kota Malang menyebabkan penduduk yang menetap atau sekedar mencari penghidupan di kota ini mulai melakukan segala cara untuk mencari nafkah. Kebanyakan orang-orang ini adalah imigraan dari desa yang mencoba peruntungannya di kota besar. Jalan yang ditempuh para imigran ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya banyak yang melakukan pekerjaan ilegal. Seperti yang banyak ditemui di Kota Malang, di setiap sudut akan banyak ditemui jenis pekerjaan ilegal ini antara lain : pedagang kaki lima, juru parkir, pengemis dan pengamen. Hal ini merupakan akibat dari banyaknya pendatang barau yang hidup di Kota Malang, sehingga pekerjaan ilegal pun dilakukan demi menyambung hidup. Berikut akan dijelaskan masing-masing pekerjaan ilegal yang terdapat di Kota Malang.

Pedagang kaki lima
Pesatnya pertumbuhan di berbagai daerah menyebabkan banyaknya penduduk yang bermigrasi ke kota untuk mencari pekerjaan, salah satunya ke Kota Malang. Mereka berpikir bahwa di kota terdapat banyak kesempatan untuk bekerja. Tapi, kebanyakan dari mereka datang tanpa meiliki keterampilan.
Masyarakat berpikir bila hidup di kota Malang akan meningatkan kesejahteraan hidup karena banyaknya tersedia lapangan pekerjaan dan dekat dengan berbagai fasilitas umum serta pusat kegiatan pemerintah. Namun, pada kenyataannya daya saing di kota sangat tinggi, sehingga setiap lapangan pekerjaan membutuhkan tenaga kerja yang memiliki skill atau kemampuan yang memadai. Masyarakat imigran yang datang kebanyakan datang tanpa memiliki skill atau keahlian untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
Ketersediaan lapangan pekerjaan tidak sebanding dengan jumlah penduduk, sehingga imigran yang tidak memiliki keahlian tidak mendapat pekerjaan dan akhirnya mendirikan lapak-lapak illegal di dekat dengan pusat kegiatan. Hal ini tentunya menggangu masyarakat lainnya, karena kebanyakan lapak yang mereka buka mengambil pedestrian dan tepi jalan, tentunya hal tersebut mengganggu pejalan kaki. Lapak-lapak tersebut juga belum tentu mendapatkan ijin dari pemerintah. Selain menggangu pejalan kaki, pedagang-pedagang tersebut juga mengganggu kendaraan yang lewat sehingga dapat menimbulkan kemacetan. Akan tetapi, selain sisi negatif dari pedagang kaki lima tersebut,ada sisi positif yang dapat kita ambil yaitu dengan adanya pedagang kaki lima menjadi salah satu potensi untuk menunjang perekonomian warga Kota Malang yang menjadi pedagang kaki lima asal dapat dikelola dan dikembangkan dengan benar.


Juru Parkir
Lahan parkir di Kota Besar seperti Kota Malang ini memang sangatlah terbatas,namun bukan berarti lahan-lahan yang seharusnya tidak digunakan sebagai lahan parkir dialihfungsikan menjadi lahan parkir oleh beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab.Sudah merupakan rahasia umum bahwa jumlah parkir ilegal di Kota Malang ini sudah sangat banyak.Kondisi tersebut bukan hanya merugikan masyarakat dalam hal finansial karena biaya yang mahal,namun juga merugikan dari segi keamanan dikarenakan lahan parkir yang digunakan biasanya memakan badan jalan sehingga dapat mengganggu para pengendara.Mereka yang menjadi juru parkir tersebut adalah para imigran yang tidak mendapatkan lapangan pekerjaan dan tidak memiliki keterampilan mereka lebih memilih menjadi juru parkir. Permasalahannya juru-juru parkir tersebut, kurang bertanggung jawab, mereka hanya meminta uang saja tetapi ketika ada orang yang akan menyeberang, mereka tidak membantu menyeberangkan. Misalnya yang terjadi di depan Indomaret yang berlabel bebas parkir yang ada di jalan sigura-gura.

Pengemis
Kota besar seperti Malang yang didalamnya dihuni oleh banyak kaum dengan ekonomi menengah keatas pastinya menjadi lahan yang bagus untuk sekedar meminta belas kasihan,hal itulah yang dijadikan oleh sebagian orang untuk mendapatkan keuntungan.Padahal dari pengemis-pengemis tersebut belum tentu bahwa mereka benar-benar miskin. Banyak modus yang digunakan oleh mereka untuk sekedar mendapatkan simpati dari masyarakat,mulai dari pembangunan masjid,sumbangan untuk korban bencana alam dan lain-lain.Para pengemis tersebut dapat dijumpai hampir disemua sudut kota malang seperti di Traffic light,rumah makan,pusat-pusat perbelanjaan dan lain-lain.Misalnya yang terjadi di tempat makan depan fakultas teknik, setiap hari pengemis yang datang adalah orang yang sama. Kebanyakan dari mereka masih muda dan memiliki fisik yang sehat yang seharusnya dapat mencari pekerjaan yang lebih baik lagi.

Pengamen
            Pengamen sudah sangat menjamur di Kota-kota besar tak terkecuali di Kota Malang. Masalah pengangguran menjadi penyebab utama maraknya para pengamen-pengamen yang kebanyakan berusia muda bahkan tidak jarang masih dalam usia sekolah. Kebanyakan dari mereka yang memilih untuk menjadi pengamen tersebut adalah karena mereka tidak memiliki kemauan untuk mencari suatu pekerjaan yang lebih layak lagi.Kondisi tersebut memaksa mereka yang hanya bermodal suara dan sebuah gitar untuk menjadi pengamen.
Hampir di setiap sudut jalan,lampu lalu lintas kita jumpai banyak sekali pengamen yang sebenarnya kondisi tersebut dapat membahayakan keselamatan mereka sendiri dan juga mengganggu kenyamanan pengendara kendaraan itu sendiri.Bukan hanya di jalan-jalan saja pera pengamen tersebut beraksi,rumah-rumah warga serta pertokoan juga menjadi lahan mereka mencari penghidupan sehari-hari.
Pengamen yang ada di kota Malang kebanyakan adalah dari kaum pemuda atau masih dalam usia produktif. Tidak seperti para pengemis yang hanya meminta minta tanpa adanya usaha , para pengamen setidaknya masih berusaha meskipun hanya sekedar memainkan gitar yang tidak berirama.meskipun demikian tetap saja pengamen membuat masyarakat tidak nyaman misalnya pada saat ditempat makan pengamen meminta uang tidak hanya ditempat ruko tersebut tetapi pengamen mendatangi satu persatu meja pelanggan, sehingga pelanggan merasa kurang bisa menikmati makanannya. Terkadang apabila tidak dikasih uang, pengamen tetap memaksa dan menyodorkan tempat uangnya
Dampak dari imigran yang tidak mempunyai keahlian serta jumlah lapangan pekerjaan yang memadai, jumlah pengamen juga ikut meningkat. Dapat dilihat dari jumlah pengamen yang menghampiri satu tempat makan dalam waktu satu jam dapat mencapai 10 pengamen.
 

Brilyan's Journal Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos